VIVA.co.id ©2008 | All Rights Reserved

TRIBUNNEWS.COM - Jenderal Tentara Nasional Indonesia (Purnawirawan) atau Jenderal TNI (Purn) Drs. H. Mulyono, S.I.P. adalah pensiunan perwira tinggi (Pati) TNI Angkatan Darat (AD).

Jabatan terakhit Jenderal Mulyono di TNI yakni sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).

Jenderal Mulyono tercatat menjabat sebagai KSAD pada tahun 2015 hingga 2019.

Semasa dinasnya, jenderal bintang 4 ini juga pernah menduduki posisi sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).

Jenderal Mulyono resmi pensiun sebagai Pati TNI AD pada tahun 2019.

Nama Jenderal Mulyono sempat viral saat menjabat KSAD karena membuang pangkat bintang 4 dari seragam dinasnya di hadapan para prajuritnya.

Saat membuang pangkat bintang 4, Mulyono juga menyampaikan pangkat tersebut bukan sesuatu yang harus ditakuti.

Hal tersebut lantas membuat Jenderal Mulyono menjadi dikenal dekat dan dicintai oleh para prajurit TNI.

Baca juga: Brigjen TNI Purn. Junior Tumilaar, S.I.P., M.M.

Jenderal Mulyono lahir di Cepokosawit, Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, pada tanggal 12 Januari 1961.

Ia memiliki istri yang bernama Hj. Rosita Ibrahim.

Mulyono dan Rosita dikaruniai 3 orang anak yang bernama Tiara Pramudyawati Permatahari, Army Patria Wirawan, dan Rahmania Zahra Pradipta.

Anak laki-laki Mulyono yang bernama Army Patria Wirawan mengikut jejaknya sebagai anggota TNI AD.

Mulyono adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara.

Ayahnya bernama Suyatno Yatno Wiyoto, seorang pegawai Dinas Pekerjaan Umum.

Puncaknya, Mulyono diangkat sebagai KSAD, karier militer tertinggi di TNI AD. Mulyono dikenal dekat dan dicintai prajuritnya.

Dalam sebuah momen, dia pernah membuang pangkat bintang empat dari seragam dinasnya agar lebih dekat dengan prajuritnya. Peristiwa itu terjadi ketika Mulyono masih menjabat KSAD dan mendatangi prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 2017.

“Jadi tidak boleh, tidak boleh takut, tentara ada pimpinan bawahan, tapi kita sebagai kawan. Tentara itu team work, organisasi tentara itu ada team work kerja sama. Kamu tidak boleh takut sama saya, saya adalah kawanmu juga,” kata Mulyono.

Mulyono sering membaur dengan anak buahnya. Kebiasaan itu dilakukannya sebagai KSAD sekaligus untuk menyemangati anak buahnya.

"KSAD juga manusia, KSAD tidak makan besi, KSAD juga makan nasi. Saya tidak ingin prajurit saya ketemu dengan KSAD takut. Rangkul saja tidak papa. Minta duit tidak papa, tak kasih kalau saya punya," ujar Mulyono setiap kali bertatap muka dengan prajuritnya.

Mulyono juga tidak segan-segan mengangkat lengan prajurit yang berada di sebelahnya dan meletakkan di atas bahunya sambil mengepalkan tangan. "Angkatan Darat tidak bisa dipimpin dengan ketakutan tapi semangat bersama, kekuatan bersama mulai prada sampai jenderal, sampai kepala staf, jelas prajurit," pungkasnya.

Daftar 15 Pangdam se-Indonesia Akhir Tahun 2024, 4 di Antaranya Baru Menjabat Awal Desember

TerkiniTerlamaPaling sesuaiImagesize DescImagesize AscFilesize DescFilesize Asc

Informasi palsu. Yang meninggal adalah Brigjen TNI (Purn) DR. H. Endrarto Sutarto, saudara dari Jenderal TNI (Purn) Endriartono Sutarto.

Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI============================================Kategori : Konten Palsu============================================

Akun Abdullah Bastian (fb.com/1288440713) mengunggah sebuah gambar yang terdapat narasi sebagai berikut:

“Innalillahi wainna Illaihi Roji’un . Turut Berdukacita atas Wafatnya Jenderal TNI (Purn) DR. ENDRIARTONO SUTARTO, Mph., Panglima TNI ke 14. Semoga Almarhum Wafat dalam HUSNUL KHOTIMAH dan diampuni segala Dosa dosanya serta dilapangkan kuburnya… Alfatihah… Aamiiin….”

Sumber : https://archive.md/aLvNw (Arsip)

Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Medcom, klaim bahwa Mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Endriartono Sutarto meninggal dunia adalah klaim yang salah.

Faktanya, klaim tersebut adalah informasi palsu. Yang meninggal adalah Brigjen TNI (Purn) DR. H. Endrarto Sutarto, saudara dari Jenderal TNI (Purn) Endriartono Sutarto.

Selasa 7 Juli 2020, Endriartono terpantau menghadiri upacara persemayaman Jenazah Brigjen TNI (Purn) DR. H. Endrarto Sutarto di komplek Sederhana Kodam Jaya Kebon Jeruk, Jalan Flamboyan, Jakarta Barat.

Almarhum Endrarto diketahui saudara dari Endriartono. Almarhum pernah menjabat sebagai Sekjen Depkes, Kesatuan Kesehatan Kostrad.

“Hadir dalam Kegiatan di rumah duka Almarhum DR. H. ENDRARTO SUTARTO antara lain; Jenderal TNI (Purn) Endriartono Sutarto (Mantan Panglima TNI),” tulis Kodamjaya dalam situsnya kodamjaya-tniad.mil.id,Rabu 8 Juli 2020.

REFERENSIhttps://www.medcom.id/telusur/cek-fakta/0k80ppWk-mantan-panglima-tni-endriartono-sutarto-meninggal-dunia-hoakshttps://kodamjaya-tniad.mil.id/danramil-05-kj-dampingi-dandim-0503-jb-hadiri-proses-pemakaman-jenazah-brigjen-tni-purn-dr-h-endrarto-sutarto/https://military.wikia.org/wiki/Endriartono_Sutarto

For Indonesian president with similar birth name, see

General (Ret.) Mulyono (born 12 January 1961) is an Indonesian former general who previously served as the Chief of Staff of the Indonesian Army (Indonesian: Kepala Staf Angkatan Darat, abbreviated Kasad or KSAD). He was appointed by President of Indonesia Joko Widodo in 2015, replacing Gatot Nurmantyo who became commander (Panglima) of the Indonesian National Armed Forces.

Mulyono had graduated from the Indonesian Military Academy in 1983. Before becoming chief of staff, he had served as Chief of the Indonesian Strategic Reserve Command (Kostrad).

Mulyono graduated from Akmil (Indonesian Military Academy) in 1983 and first served as platoon commander in Sulawesi (712nd infantry battalion, 7th Military Regional Command). He later became company commander and operational officer before continuing to advanced officer education in Bandung, staying there as a member of the teaching staff until 1995.[1]

His career carried on and he became battalion commander in 1st Military Regional Command by 1997, and then was promoted to commander of the Samarinda military district (part of 6th Military Regional Command) in 2000. He was transferred to Kostrad in 2006, initially as operational assistant to the Kostrad commander, before moving back to Magelang in 2009 to serve as commander of the cadet regiment. He was promoted to brigadier general on 10 May 2011. Until 2013, he took up multiple positions in the Army's educational and training center before becoming operational assistant to the army chief of staff in 2013.[1] He was promoted to a major general on 22 August 2013.[2]

On 21 March 2014, he was moved to Jakarta to serve as the commander of the capital's military province Kodam Jaya, replacing its former commander E Hudawi Lubis (who moved to the KSAD's office).[3] During the aforementioned position, he publicly challenged Jakarta's governor Basuki Tjahaja Purnama to normalize Jakarta's rivers and illegal street vendors, offering support from Kodam Jaya's personnel.[4]

Six months into his leadership in Kodam Jaya, he was transferred to Kostrad and became its commander, replacing Gatot Nurmantyo who became KSAD.[5] Mulyono was further promoted to lieutenant general on 3 October 2014.[6]

Upon the appointment of Gatot as Commander of TNI in 2015, Mulyono was selected from three likely candidates to replace him and he became KSAD on 15 July 2015.[7][8] Shortly afterwards, he was made a four-star general on 27 July.[9]

He is set to retire in 2019.[10] On 22 November 2018, Kostrad commander Andika Perkasa was appointed to replace him.[11]